Beranda | Artikel
Para Pembawa Ilmu Yang Tidak Amanah
Senin, 29 November 2021

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Taslim

Para Pembawa Ilmu Yang Tidak Amanah adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan kitab Keutamaan dan Kemuliaan Ilmu. Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah TaslimM.A. pada Kamis, 20 Rabi’ul Akhir 1443 H / 25 November 2021 M.

Ceramah Agama Islam Tentang Para Pembawa Ilmu Yang Tidak Amanah

Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu menyampaikan nasihat bahwa tidak semua orang-orang yang membawa ilmu agama itu terpercaya dan ikhlas, tapi ada juga yang memang tidak amanah dalam hal ini.

Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata bahwa ucapan Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu “Ah, sesungguhnya di sini (dalam dada) ada ilmu,” ini menunjukkan bahwa seseorang boleh mengabarkan ilmu dan kebaikan yang ada pada dirinya agar orang bisa mengambil manfaatnya.

Sebagian dari shahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum Ajma’in ketika menyampaikan tentang ayat-ayat Al-Qur’an bahwa mereka yang paham tafsirnya, seperti Ibnu Mas’ud Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu mengatakan “tanya kepadaku,” supaya nanti orang tidak bertanya kepada yang tidak pantas menyampaikannya. Kalau tujuannya untuk hal ini, yaitu agar orang bisa mengambil ilmu dan kebaikan dari sumber yang benar, maka tentu ini diperbolehkan.

Termasuk pengertian ini adalah ucapan Nabi Yusuf Ash-Shiddiq dalam Al-Qur’an:

اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ

“Jadikanlah aku menjadi bendahara negeri ini, sesungguhnya aku adalah orang yang bisa menjaga dan orang yang punya ilmu tentang ini.” (QS. Yusuf[12]: 55)

Hal itu diperbolehkan agar orang mengetahui sumber-sumber kebaikan dan bisa mengambil dari sumber yang benar.

Barangsiapa yang memberitakan tentang dirinya dengan hal yang seperti ini untuk memperbanyak hal-hal yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya berupa kebaikan, maka ini terpuji. Tujuannya bukan untuk menyombongkan dirinya, bukan sekedar untuk pamer agar dipuji orang, tapi dia ingin menyampaikan kepada orang agar orang bisa mengambil dari sumber yang benar tentang ilmu dan kebaikan.

Tentu berbeda dengan orang yang mengabarkan bahwa dia punya ilmu atau kebaikan dengan tujuannya untuk membanggakan dan membesarkan dirinya serta memamerkan kebaikannya agar dipuji dikalangan manusia, maka ini Allah akan berikan balasan dengan kebencian manusia terhadap dirinya dan kerdilnya nilai dirinya dimata manusia.

Sementara orang yang pertama Allah Subhanahu wa Ta’ala akan agungkan di hati dan dalam pandangan manusia. Maka dalam hal ini:

إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ

“Sesungguhnya amal tergantung dari niat-niatnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihat juga: Hadits Arbain Ke 1 – Innamal A’malu Binniyat

Memang ini termasuk semacam memuji diri sendiri atau memberitakan tentang kebaikan yang ada pada diri kita sendiri. Ini dalam tujuan-tujuan tertentu diperbolehkan, meskipun asalnya hal-hal yang seperti ini kalau dilakukan oleh kebanyakan manusia cenderung dikhawatirkan menjadikan dia memuji diri sendiri yang membawa kepada keburukan. Tapi tentu saja ucapan sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu ini tujuannya adalah untuk kebaikan, karena kita mestinya bersangka baik kepada para sahabat Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhum.

Demikian juga seseorang yang memuji dirinya sendiri untuk melepaskan dirinya dari kedzaliman atau keburukan, atau untuk mengambil haknya sendiri yang ketika itu dia butuh untuk memperkenalkan dirinya, atau untuk memutuskan keinginan orang-orang yang rendah terhadap dirinya, atau ketika dia melamar kepada orang yang tidak mengenal keadaan dirinya, maka dia boleh memperkenalkan dirinya dan menyebutkan hal-hal yang berhubungan untuk dirinya selama tidak berbohong melebihi kadar yang benar tentang keadaan dirinya.

Tapi yang paling baik dalam hal ini adalah dia mewakili orang lain yang bisa mengenalkan tentang dirinya. Yakni lebih bagus kalau bukan dia sendiri yang muji dirinya atau menyebutkan keadaan dirinya. Karena lidah seseorang yang memuji dirinya sendiri ini mudah untuk menyebutkan yang baik-baik saja dan bercampur perasaan bangga serta mengagungkan diri sendiri, maka yang seperti ini bisa menjadi celaan.

Para pembawa ilmu yang tidak amanah

Sahabat Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu menyebutkan tentang pembawa-pembawa ilmu yang mereka tidak pantas untuk membawanya. Ada juga yang bisa membawanya hanya sekedar mengetahui/memilikinya saja tidak amanah dalam menjalankannya. Ciri-cirinya adalah dia menggunakan ilmu sebagai tunggangan untuk mencari dunia. Dia akan menggunakan argumentasi Allah untuk mengarahkan Kitabullah agar mengikuti keinginannya dan juga menampakkan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada dia atas hamba-hambaNya.

Orang yang berikutnya adalah mereka yang mengikuti para pembawa kebenaran. Orang ini tidak punya ilmu yang mendalam di dalam memahami bidang-bidang ilmu, tapi dia mau mengikuti orang-orang yang membawa kebenaran. Tentu saja karena ilmunya kurang mendalam, maka keraguan akan mudah masuk ke dalam hatinya sejak pertama kali munculnya syubhat. Jangan menjadi orang seperti ini maupun orang yang tadi, atau orang yang gemar mengumpulkan kelezatan dunia dan mudah mengikuti tarikan syahwatnya, atau orang yang gemar tenggelam dalam kesenangan mengumpulkan harta dan menimbunnya, mereka ini bukan termasuk dai-dai yang mengajak kepada agama. Yang paling dekat untuk diserupakan dengan mereka adalah binatang-binatang ternak.

Oleh karena itulah ilmu akan mati ketika pembawa-pembawa ilmu yang sesungguhnya telah wafat. Banyak orang-orang yang kemudian sepertinya menggantikan mereka tapi ternyata tidak punya amanah seperti yang dimiliki oleh pembawa-pembawa ilmu yang sesungguhnya.

Akan tetapi sesungguhnya bumi ini tidak akan pernah kosong dari orang-orang yang akan menegakkan hujjah-hujjah Allah Subhanahu wa Ta’ala sampai menjelang datangnya hari kiamat.

Siapa saja Para Pembawa Ilmu Yang Tidak Amanah ini? Mari download mp3 kajian dan simak penjelasan yang penuh manfaat ini..

Download MP3 Kajian


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/51111-para-pembawa-ilmu-yang-tidak-amanah/